|
Sinopsis Buku: Kisah tentang Pengorbanan, Cinta, dan Kebebasan Sejati. “Seandainya aku bisa mengerami telur sekali saja, seandainya aku bisa melihat kelahiran anak ayam ….” Leafie, seekor ayam petelur, mengidamkan menetaskan telur sendiri. Tetapi itu tak mungkin karena setiap hari telurnya diambil majikan untuk dikonsumsi. Setiap hari Leafie menghabiskan waktu memandangi keluarga ayam dan bebek di halaman yang bahagia berlarian ke sana kemari. Ketika dibuang ke lubang pembuangan ayam sekarat, Leafie hampir dimangsa Musang. Untung ia ditolong, Pengelana, bebek liar yang sayapnya luka dan tak bisa terbang. Pengelana mengajarinya bertahan hidup di padang rumput yang penuh bahaya. Lalu Leafie menemukan sebuah telur di rimbunan semak. Telur itu memicu semangat hidupnya, memancing nalurinya sebagai ibu. Leafie tak menyangka, saat dirinya memutuskan untuk mengerami telur itu, ia melangkah ke sebuah petualangan yang luar biasa. Petualangan yang mengajarkan makna cinta, kasih sayang, dan kepasrahan. Petualangan yang membuatnya melihat Musang sang pemburu dengan pandangan baru. Pandangan tanpa prasangka. Resensi Buku:
Belajar dari Mimpi yang Tak Mungkin oleh: dyah merta Leafie hanya seekor ayam petelur. Sebagai seekor ayam petelur, aktifitasnya setiap hari adalah bertelur. Tiba suatu hari ketika dia memiliki sebuah keinginan, �Seandainya aku bisa mengerami telur sekali saja!� Mimpi Leafie sesungguhnya sesuatu yang tidak mungkin, sebab setiap hari telurnya selalu diambil oleh majikannya. Namun hanya dengan berbekal mimpi untuk bisa mengerami telur itu, muncul harapan di diri Leafie. Harinya dipenuhi dengan keberanian seakan ada kekuatan misterius yang membimbingnya. Hidup menjadi lebih indah. Atas dorongan mimpinya juga, Leafie tidak berhenti mencari tahu. Keingintahuannya semakin besar. Dia tidak berhenti berpikir, �Kenapa aku ada di dalam kandang, sementara Ayam Betina itu ada di halaman?� Leafie, si daun, pecinta pohon akasia �sedikit dari pemandangan yang bisa dilihatnya ketika berada di dalam kandang- sudah setahun lebih di situ dan bertelur saban hari. Suatu hari, telur Leafie semakin buruk, separah kondisi tubuh Leafie yang tak lagi mampu berdiri. Makanan pun tak disentuhnya. Telur Leafie kecil dan bercangkang lembek. Majikan lelakinya membuang telur Leafie ke halaman, kemudian dijilati oleh Anjing Tua hingga habis. Pedih rasa hati Leafie. Maka, telah tiba hari di mana Leafie tidak bisa bertelur. Setelah lebih dari seminggu tidak bertelur, majikan lelaki menyebutnya Pyegye, Leafie tak mengerti itu, yang sesungguhnya adalah masakan yang terbuat dari ayam. Begitulah akhir dari sebagian ayam-ayam yang dibawa keluar dari kandang, menjadi Pyegye. Leafie dan puluhan ayam lain yang dianggap tidak berguna dipungut oleh majikan dari dalam kandang lalu dilempar ke keranjang. Dihimpit oleh puluhan ayam lain, Leafie pingsan. Dia baru sadar ketika terbangun di lubang pembuangan ayam mati. Di kejauhan, seekor musang mengintai. Leafie diselamatkan oleh Bebek Liar yang terus menerus berteriak membangunkannya dan membimbingnya keluar dari lubang. Dia terselamatkan. �Aku memiliki harapan,� ujar Leafie, pulih dari tragedi di lubang pembuangan. Kemudian dia bertahan hidup di sekitar halaman meski ditolak oleh seluruh penghuninya. Si ayam buruk rupa ini tak gentar dengan keluh dan gunjing. Lalu, suatu hari Leafie menemukan sebutir telur. Warnanya putih agak kebiruan. Tergeletak di antara semak bunga mawar. �Cantik sekali!� teriak Leafie. Bagai mendapat durian runtuh, Leafie mengerami telur itu sekaligus membuatkan sarang yang hangat. Mimpinya terwujud. Itu adalah sepetik kisah Leafie. Menurut Sun-mi, penulis buku ini, mimpi adalah keajaiban yang terwujud. Berawal dari mimpi, kita akan tahu bagaimana cara kita hidup dan ingin hidup. Pilihan jalan hidup Leafie tidak mudah: sejak keluar dari kandang, tinggal di halaman, berpindah ke padang rumput demi Greenie �telur impian yang dieraminya dan ternyata adalah anak bebek-, hingga dia dijemput maut. Hal yang disadari Leafie, perjalanan itu membentuknya semakin kuat. Dia kian bebas. Sudah pasti di luar sana, bahaya semakin besar mengintai. Leafie terus bertahan hidup tanpa mengeluh, bahkan ketika dia dan Greenie harus hidup berpindah-pindah di bawah bayang-bayang musang. Dan begitulah, mimpi terkadang bekerja dengan cara yang misterius. Namun setelah mimpi terwujud, apakah kehidupan berhenti? Kisah Leafie menyadarkan bahkan ketika sebuah impian telah terwujud, kehidupan yang lain masih harus dijalani. Sebagian mimpi terkadang butuh pengorbanan. Tengok bagaimana Bebek Liar menyerahkan dirinya dimakan musang hanya demi kelahiran si bebek kecil Greenie. Kunci Mimpi Apa yang dimimpikan Leafie mirip konsep thinking outside the box. Sebagai ayam petelur, takdir Leafie seumur hidup hanya bertelur. Kalau pun Leafie berniat mengerami telurnya, tak bakal menetas. Pilihannya mengerami telur lain (bebek) memberikan sebuah keutuhan dalam hidup Leafie yang mulanya dirasa ganjil karena tidak sesempurna Ayam Betina. Kisah ini hendak menegaskan bahwa pilihan Leafie ini benar, hidup sebagai ibu dan anak (ayam dan itik), bertahan meski konstruksi sosial hewan tidak mengizinkannya �ketika Ketua Bebek berkata, �bebek adalah bebek� dan berupaya untuk mengambil Greenie agar hidup dengan kawanan bebek di halaman. Leafie menunjukkan bahwa sekalipun dia dan Greenie berbeda, dia sangat mencintai anaknya. Kisah novel fabel ini sebenarnya dibangun dengan narasi yang sederhana. Bahasanya renyah. Plot linier. Kekuatannya terletak pada setiap peristiwa yang disuguhkan. Ilustrasi dramatis goresan Kim Hwan Young sangat menarik dan mampu membangkitkan kisah Sun-mi, membuat buku ini bukan semata menawarkan kearifan cerita. Kepiawaian tokoh Leafie, saya bayangkan dapat disejajarkan dengan kisah hidup Sun-mi, si penulis, sebagai si Kurus yang kondisi jantungnya sangat buruk hingga sedari kecil musti minum obat dan disuntik setiap hari tapi dia bercita-cita menjadi seorang tentara �figur yang secara fisik dipandang sebagai orang kuat. Sun-mi tahu tidak akan pernah bisa menjadi tentara. Tapi mimpinya membentuk harapan. �Orang yang memiliki mimpi adalah tokoh utama di muka bumi,� ungkapnya. Begitu juga Leafie. Meski berangkat dari kisah yang sederhana, buku ini cukup menginspirasi (tidak hanya untuk anak-anak tetapi juga orang dewasa) untuk tidak berhenti bermimpi. Add your review for this book! Buku Sejenis Lainnya:
Advertisement |