|
Sinopsis Buku: Anak-anak, Ayo Buka Jendela Pengetahuanmu… "Kita tidak hanya butuh sekolah. Kita pun tidak hanya memerlukan mushala. Ingat, kita hidup juga perlu makan dan mengajari anak-anak bagaimana mencari nafkah..." *** Kehadiran Tumirah yang ingin memajukan pendidikan di Pesanggrahan yang tengah mati suri laksana oase di padang kering. Alih-alih menyebut dirinya sebagai guru, ia memilih untuk menjadi sahabat anak-anak. Dan, ia pun semakin bersemangat dengan kehadiran Samin yang ikut membantu. Sayang, tak semua warga memanfaatkan oase itu. Justru sebaliknya, Tumirah mendapat tentangan dari warga yang menganggap penghasilannya berkurang karena anak-anak mereka lebih memilih mengikuti kegiatan Tumirah daripada membantu di hutan. Dan, penolakan warga pun berujung serius. Tumirah diminta untuk meninggalkan Pesanggrahan! Bagaimana Tumirah akan menghadapi tekanan warga? Akankah ia benar-benar meninggalkan Pesanggrahan? Bagaimana pula ia membagi pikirannya antara anak-anak dengan perasaannya yang semakin tak menentu ketika berada di dekat Samin? Sebuah kisah yang memotret secara jeli ironi pendidikan di negeri ini. Di tengah gencarnya program pemerintah untuk pendidikan melalui sertifikasi guru serta karut-marutnya ujian nasional, begitu berseraknya sekolah-sekolah yang bertahan dengan susah payah dalam keterbatasan. Cerita yang menampar wajah pemangku pendidikan kita! "Aku tak mengira, ternyata masih ada wilayah yang demikian jauh tertinggal. Desa dengan satu sekolah dasar, satu mushala, dan satu guru. Aku berpikir ini salah siapa?" Resensi Buku:
Buku Sejenis Lainnya:
Advertisement |