|
Sinopsis Buku: Mungkin benar, kehilangan adalah hal yang paling menyakitkan. Terlebih bila kehilangan seseorang yang paling dikasihi. Begitulah yang terjadi padaku. Ebak meninggal saat aku masih kelas 5 SD. Aku, anak laki-laki satu-satunya dari empat bersaudara, dipaksa untuk dewasa sebelum waktunya. Tampil ke muka untuk memikul segala tanggung jawab menggantikan Ebak. Bagaimanapun laki-laki harus memimpin limas di dusun kami, Tanah Abang–Muara Enim. Ternyata luka belum puas menyapa. Rahasia kematian Ebak terkuak. Tak hanya itu, rahasia terbesar Ebak yang dia bawa sampai ke liang kubur pun terbongkar. Seorang perempuan muncul di petang basah bersama dua orang anaknya. Emak terkapar. Seseorang yang selama ini dia hormati dan kasihi telah menikamnya dari belakang. Mungkin dendam yang bersemayam di hati Emak. Dendam pada kebodohannya. Buta baca-tulis telah membuatnya tersakiti. Kepedihan inilah yang membuat Emak kepayahan membanting tulang demi menghidupi mimpi-mimpi kami –termasuk anak-anak gadisnya– untuk sekolah setinggi mungkin, agar luka ini tak terulang lagi. Walau semua itu harus dibayar mahal, tapi dari sanalah kisah anak-anak Emak dimulai.... Resensi Buku:
Buku Sejenis Lainnya:
Advertisement |