|
Sinopsis Buku: Serangkaian surat cinta dikirimkan oleh Ramu kepada seorang wanita teman masa kecilnya, tiga puluh tahun silam, Kisha. Dalam surat-surat tersebut, Ramu mengungkapkan kenangan-kenangannya tentang cinta terpendamnya, kisah perjalanan hidupnya, serta pemikirannya dalam menghadapi setiap warna yang tertoreh dalam hidupnya. Suratnya dimulai dengan cerita tentang kenangan masa kecil yang Ramu dan Kisha habiskan bersama di sebuah kampung kecil. Dalam surat itu, Ramu mengungkapkan perasaan cintanya yang diawali oleh rasa persahabatan. Sayang, kebersamaan keduanya harus berakhir saat Ramu dan keluarganya pindah ke kota gara-gara ayah Ramu terlilit utang. Dalam surat itu pun Ramu menceritakan kehidupannya selepas meninggalkan kampung halamannya. Berbagai peristiwa pahit mengiringi perjalanan hidupnya. Kehilangan ayah, terpaksa putus kuliah untuk menghidupi keluarga. Lantas, ibunya meninggal. Tak lama kemudian, anak semata wayangnya, Raihan, pun menyusul setelah terserang demam berdarah. Tak ketinggalan kehidupan rumah tangganya lambat laun kandas. Sungguh, sebuah kisah melodramatik yang demikian menyentuh. Dan, surat-surat ini dikirimkan Ramu untuk Kisha, seminggu sebelum hukuman mati dilaksanakan. Pertanyaannya: siapakah sebenarnya sosok Ramu hingga membuat dirinya divonis hukuman seberat itu? Lalu, bagaimanakah nasib Kisha menghadapi kenyataan demikian? Simaklah kisahnya dalam novel yang demikian memikat ini. Sebuah novel yang dituturkan dengan bahasa dan teknik penulisan yang sungguh berbeda dari novel sejenis lainnya! Selamat membaca! Tak Ada yang Pudar dariku Meski Waktuku Memudar Resensi Buku:
Buku Sejenis Lainnya:
Advertisement |