Diciumnya tangan itu sembari berkata, “Inilah tangan yang akan mengantarmu menuju surga.”
Pemandangan istri mencium tangan suami, anak mencium tangan orangtua, murid mencium tangan guru, atau si miskin mencium tangan si kaya sudah begitu sering kita saksikan. Kegiatan ini berlangsung dalam pola yang sama dan nyaris kaku—yang lebih muda usianya, lebih rendah statusnya, atau lebih lemah posisinya adalah pihak yang mencium tangan.
Apakah pernah terjadi sebaliknya—suami mencium tangan istri, ayah mencium tangan anak, majikan mencium tangan bawahan, atau raja mencium tangan rakyat jelata?
Rasulullah saw. melakukannya. Dengan tulus dan penuh kasih, nabi utusan Allah ini mencium tangan orang biasa. Tangan siapakah yang beliau cium? Apa pula alasan beliau melakukannya? Kebahagiaan seperti apa yang beliau ajarkan dari perilaku ini?
Buku ini membawa Anda berkelana dari satu kisah ke kisah lain, mengecap rasa bahagia yang berbeda-beda. Mengajak Anda becermin pada pengalaman hidup orang lain, membuat Anda lebih mensyukuri karunia yang Anda miliki. Sebanyak 55 kisah unik tentang suka duka asam garam dunia ini akan mengantar Anda menuju sumber kebahagiaan paling hakiki, kebahagiaan sejati.
Ajaran bagaimana meraih kebahagiaan dapat dilacak sampai ke Buddha dan Aristoteles. Dengan buku ini, Yoli Hemdi mengajarkan kepada kita resep-resep menjadi bahagia bukan melalui teori-teori ilmiah atau filosofis, melainkan lewat cerita kehidupan sehari-hari yang menyentuh dan memikat. Selamat berbahagia!
—Prof. Dr. Jalaluddin Rakhmat; Cendikiawan Muslim dan penulis buku Meraih Kebahagiaan