|
Sinopsis Buku: Membangun rasa syukur kepada Tuhan itu sangat perlu agar kita selalu sadar bahwa tanpa bantuan Tuhan,, manusia itu akan kesulitan hidup. Siapa pun pasti pernah sakit, atau bahkan opname di sebuah rumah sakit! Apa yang kita lakukan saat kita sedang sakit? Mengeluh? Marah? Kecewa? Putus asa? Tiap orang bisa memiliki reaksi masing-masing, namun adakah yang saat sakit masih bisa bersikap produktif? Buku ini menghadirkan pengalaman sakit, dan yang sakit tetap saja bersikap produktif! Di tengah pergumulan menghadapi rasa sakit dan penyakit, penulis masih tetap setia menghayati hidupnya sebagai seorang rohaniwan dan seorang penulis. Dia berdoa, dia menulis, dan mencatat apa saja yang melintas di benaknya dan merumuskannya dengan catatan-catatan yang ternyata sedemikian rupa sehingga bisa diterbitkan menjadi sebuah buku! Buku ini layak dibaca oleh siapa saja, karena tidak hanya berkisah tentang sakit dan penyakit, namun juga berbagai pandangan, pengalaman, dan impian tentang hidup bersama yang damai, rukun, dan menghargai pihak lain, bahkan yang berbeda iman dan agama! Buku ini tak hanya memberi motivasi positif atas pengalaman sakit, tetapi juga memberi inspirasi dalam menghayati hidup bersama di tengah keberagaman. Buku ini dapat tersebar luas kepada umat, karena mengandung keteladanan seorang Imam Katolik, dan juga ada kunci kerukunan hidup antarumat beragama. Dalam Al-Qur`an juga disebutkan, umat Islam wajib memuliakan semua Rasul, seperti Muhammad saw., Isa Al-Masih, dan lain-lain, dan Umat Nasrani Katolik paling dekat hubungannya dengan umat Islam. Buku Celotehan Pasien sangat luar biasa dan inspiratif. Ungkapan pengalaman-pengalaman yang sempat terekam oleh Rm. Aloys Budi Purnomo, Pr., terlebih mengenai pelayanan di RS St. Elisabeth melalui para dokter dan perawat kami, menjadi bahan permenungan kami agar kami semakin meningkatkan diri dalam gerak langkah pelayanan sesuai dengan dasar spiritualitas pelayanan kami. Salah satu hal yang membedakan Romo Aloys Budi dengan agamawan dan rohaniwan lainnya adalah menulis. Baginya menulis, bisa dilakukan kapan saja dan dalam keadaan apa pun. Bahkan ketika ia berbaring di rumah sakit, gairah menulisnya tak pernah ikut `sakit`. Buku ini adalah saksinya. Romo Budi seperti ditakdirkan untuk bergumul dengan huruf dan kata. Saat kata-kata itu ia jejerkan, lalu muncullah aroma kesejukan dan kedamaian. Baginya, agama harus bergumul dengan realitas kemanusiaan. Agama dan agamawan yang tidak peka terhadap masalah umat, tentu bukanlah agama(wan) sejati! Resensi Buku:
Buku Sejenis Lainnya:
Advertisement |