|
Sinopsis Buku: Keberadaan guru dalam dunia pendidikan begitu penting. Dengan kapasitas dan kemampuannya, guru mengemban tanggung jawab mengajar dan mendidik siswa. Guru merupakan pilar membangun generasi bangsa. Di tengah pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya, guru dituntut tak berhenti belajar karena ilmu pengetahuan dan teknologi senantiasa berkembang. Maka itu, guru tidak boleh puas dengan ilmu, wawasan, dan pengetahuan yang telah dimiliki. Dia harus meng-update ilmu, mengasah, dan menguasai teknologi minimal yang terkait dengan dunia pendidikan. Buku karya Sudaryanto ini menarik disimak dalam upaya menunjang peningkatan kemampuan guru sebagai agen pendidikan bangsa. Dia didorong untuk memiliki tradisi ilmiah seperti gemar membaca, menulis, dan meneliti. Fakta menunjukkan tradisi ilmiah di kalangan guru di negeri ini ternyata masih lemah. Agus Sartono (2010) pernah berujar indikator rendahnya tradisi ilmiah di kalangan guru dapat disaksikan dari minimnya karya ilmiah yang dihasilkan guru. Dampaknya, banyak pengajar negeri ini kesulitan mendongkrak golongannya. Kebanyakan guru mentok pada golongan IVA dan sulit naik ke golongan IVB, apalagi IVD. Setiap guru pasti menginginkan kariernya menanjak, termasuk guru. Untuk dapat naik golongan, dia tak mungkin mengelak dari kewajiban membaca dan menulis. Kenaikan golongan juga akan berbanding lurus dengan peningkatan kesejahteraan. Sudah saatnya guru menyadari hal tersebut. Sesungguhnya persyaratan naik ke golongan IVB tidak cukup hanya mengumpulkan angka kredit mengajar. Salah satu komponen agar guru dapat naik golongan adalah menulis karya ilmiah. Dengan kata lain, menulis menjadi tuntutan profesi yang tidak terhindarkan. Untuk dapat menghasilkan karya ilmiah yang akan dengan sendirinya mendongkrak kenaikan golongan, guru juga dituntut untuk memiliki tradisi membaca sebab untuk dapat menulis memang harus rajin membaca sebagai kegiatan reseptif. Namun, persoalannya menjadi rumit ketika tradisi membaca di kalangan guru juga rendah. Ini sebuah tragedi sekaligus ironi sebab sebagai seorang pengajar dan pendidik, dia harus meng-update ilmunya. Membaca merupakan salah satu sarana efektif memperkaya dan mengembangkan kapasitas keilmuan. Guru yang malas membaca cenderung hanya akan mengajarkan itu-itu saja, tidak ada ilmu, wawasan, dan pengetahuan yang berkembang. Maka itu, penulis buku ini menganjurkan membaca seyogianya tidak dialpakan. Bukan hal yang berlebihan apabila guru harus membudayakan aktivitas membaca setiap hari. Pengarang menambahkan setiap guru sebenarnya memiliki kemampuan melakukannya. Sesungguhnya ide tulisan bertebaran setiap kali guru datang ke sekolah, saat mengajar di kelas, atau mengunjungi perpustakaan. Guru pun bisa mengikuti perkembangan isu dan wacana pendidikan dari media massa untuk direspons lewat tulisan. Belum optimalnya guru menulis boleh jadi karena memang malas dan tidak ada komitmen. Guru yang memiliki komitmen takkan beralasan sibuk karena waktu sesempit apa pun masih bisa untuk menuangkan tulisan dan pemikiran. Jika guru ingin kariernya menanjak, rajinlah menulis. Buku ini mengingatkan guru di Indonesia untuk membangun tradisi ilmiah guna mengembangkan tingkat intelektualitas guru agar proses belajar lebih berkualitas. Diresensi Hendra Sugiantoro, tinggal di Yogyakarta Resensi Buku:
Buku Sejenis Lainnya:
Advertisement |