|
Sinopsis Buku: Masa depan kehancuran uang kertas telah tampak mulai sekarang, bahkan sebenarnya sejak dulu, ketika dolar AS mulai menguasai dunia. Tahun 1923, di Jerman ibu-ibu lebih suka membakar uang untuk menghangatkan ruangan daripada kayu bakar, karena harga uang kertas dan kayu bakar sama. Pada tahun itu juga orang yang membeli roti harus membawa kereta dorong, bukan untuk mengangkut roti tetapi untuk mengangkut uangnya. Kini 2008, dunia merasakan kembali dampak buruk dari krisis uang kertas ini. Di Indonesia uang rupiah pernah dipotong tiga angka nolnya tahun 1965, namun tiga angka nol tersbeut kembali lagi dalam 30 tahun kemudian. Saat ini tidak banyak di antara kita yang menaruh uang rupiah dengan angka nol kurang dari tiga di dompet! Tahun 1998 kekayaan umat Islam Indonesia dalam rupiah jatuh nilainya tinggal 1/4 dari nilai sebelumnya hanya dalam hitungan hari. Karena itu Nathan Lewis, senior economist dan kolumnis di Financial Times dan the Wall Street Journal mengatakan, "Mungkin perlu waktu beberapa tahun atau beberapa puluh tahun, (tetapi) era uang kertas perlahan-lahan akan berakhir; Dunia tidak memiliki pilihan lain kecuali kembali ke hard currency (mata uang sesungguhnya). Manfaat dari hard currency sungguh luar biasa. Sistem hard currency masa depan akan berdasarkan emas, sama persis dengan yang terjadi di masa lampau. Resensi Buku:
Buku Sejenis Lainnya:
Advertisement |