|
Sinopsis Buku: Kurnia Effendi selalu menulis tanpa tendensi. Cerpen-cerpen dalam buku ini hadir ke hadapan kita sebagai kisah. Ia tidak direkayasa sebagai diskursus yang sarat pesan moral atau omongan-omongan tentang kesucian. Namun pada akhir cerita, kita seperti sedang menikmati seteguk wine, ada kehangatan yang menjalar. Dan lihainya, pengarang ini kemudian mengakhiri acara jamuannya sebelum kita menjadi benar-benar mabuk.Putu Fajar Arcana,Wartawan Kebudayaan Harian KompasDua roti tawar (dalam cerpen "Roti Tawar") yang hadir secara harfiah di awal cerita menjelma menjadi roti tawar psikologis di akhir cerita. Dengan demikian terjadi lompatan imajiner kreatif yang membawa kita ke keluasan kemungkinan. Ujian cerpenis yang mumpuni kerap terletak pada kemampuan mengakhiri cerita dengan cara yang seperti itu: ada sekilas flashback yang justru membuka kemungkinan baru.Jean Couteau,Sosiolog Perancis, dipetik dari Cerpen Pilihan Kompas 2005Sebuah kumpulan cerpen yang memikat dan enak dibaca. Bahasanya yang puitis mengalir, kadang sendu, haru, dan riang, membaur padu. Pantas menjadi salah satu teman perjalanan yang mencerahkan.Ayu Dyah Pasha,SeniwatiKarya sastra lazimnya melibatkan pemahaman pribadi penulis-nya, penjelajahan konteks - baik yang kasatmata maupun berjarak - dan mengacu pada, atau mempertanyakan sejarah diri-nya. Susastra tidak harus menjadi perjalanan yang terbatas pada realisme atau kutub seberangnya, surealisme. Sesung-guhnya terdapat begitu banyak pencerahan dalam karya fiksi Kurnia Effendi yang memiliki karakter kuat pada diksi dan irama.Andy Fuller,Australia, Pengamat Sastra Indonesia Resensi Buku:
Buku Sejenis Lainnya:
Advertisement |