|
Sinopsis Buku: Memberi kesempatan kepada anak-anak untuk berkembang bukan hanya tuntutan pedagogi, tetapi juga tuntutan kultural . Kultur kita akan mundur jika kita tidak menghargai anak-anak. Untuk menyelamatkan mereka, perlu sekali kita pahami lagi secara seimbang makna sekolah.
Di satu pihak sekolah adalah tempat anak-anak dipersiapkan untuk menghadapi sekaligus melayani masyarakatnya. Di lain pihak sekolah juga berfungsi sebagai benteng, tempat anak-anak berlindung dari tekanan masyarakatnya. Di samping itu, kita pun dituntut untuk memikirkan cara mengajak anak-anak agar sedini mungkin memahami dan mengalami nilai-nilai dan rasa keadilan. Buku ini menuntun kita untuk memahami, bahwa pendidikan tidak berarti memberikan memaksakan dunia serta pengetahuan kita kepada anak-anak, melainkan membuka dan menyelamatkan masa depan mereka. Dalam buku ini disajikan berbagai pemikiran seputar kurikulum, perkembangan anak, gender dan pluralisme, dan pendidikan rasa. Tokoh-tokoh yang menyumbangkan pemikiran di dalamnya adalah Conny Semiawan, T. Raka Joni, S. Belen, Paul Suparno (Kurikulum); Kak Seto, Sarlito Wirawan Sarwono, Murti Bunanta, M.D. Dahlan (Perkembangan Anak); Karlina Leksono-Supelli, Mary Astuti, Yayah Khisbiyah, Ratna Wilis Dahar (Gender dan Pluralisme); I. Ketut Sumarta, St. Kartono, Juju Masunah (Pendidikan Rasa). Resensi Buku:
Buku Sejenis Lainnya:
![]() Advertisement |