|
Sinopsis Buku: "Saya segera pergi ke tetangga dan menanyakan apakah ia sudah mendengar berita tentang topan yang akan datang. 'Ah,' katanya, 'tidak ada topan yang akan datang. Jangan percaya apa yang kamu dengar dari radio ....' Sekitar pukul 16:30 ombak memecah melampaui puncak pantai ... badai telah tiba!"
Para utusan Injil yang melayani orang-orang dari kebudayaan yang berbeda sering mengalami ketegangan dan konflik. Berdasarkan penelitian kebudayaan di Pulau Yap, Kepulauan Pasifik, Sherwood Lingenfelter membukakan bagaimana konflik dan ketegangan itu bisa terjadi karena perbedaan orientasi seperti peristiwa di atas. Mana lebih prioritas, waktu atau kegiatan? Orang atau tugas? Bagaimana cara menghadapi krisis? Dari mana harga diri seseorang dan bagaimana hal itu mempengaruhi hubungan seorang utusan Injil dengan orang-orang yang ia layani? Pemahaman akan hal ini akan sangat menentukan berhasil tidaknya pelayanan kita kepada orang-orang yang berbeda budaya dengan kita. Menggeluti Misi Lintas-Budaya justru menyajikan cara mengatasi ketegangan dan konflik itu. Pertama-tama mengindahkan pentingnya meneladani Yesus Kristus yang ”walaupun dalam rupa Allah ... menjadi sama dengan manusia” (Filipi 2:6-7). Ilmu antropologi diimbangi dengan langkah praktis untuk meningkatkan kualitas pelayanan kita. Semuanya dinilai dari sudut pandang Firman Tuhan dan dihidupkan dengan kisah nyata. Uraiannya sederhana namun padat. Menganalisis persoalan kebudayaan dilengkapi dengan Model Nilai-nilai Dasar. Penting diketahui oleh para utusan Injil, pendeta, pekerja gereja, dan siapa saja yang rindu melayani sesama yang berbeda budaya. Resensi Buku:
Buku Sejenis Lainnya:
Advertisement |