|
Sinopsis Buku: Sebanyak 17 cerita dalam buku ini--lima di antaranya disertakan dalam terbitan pertama, 1971--berkisah tentang kehidupan di Jakarta setelah Belanda mengakui kedaulatan RI pada 1949. Kehidupan yang disorot terutama kocak-getir kehidupan para seniman muda di kawasan Pasar Senen, Jakarta. Dari kawasan inilah produksi film nasional dan teater nasional berputar. Pada masa itu Pasar Senen menjadi pusat berkumpulnya seniman asli maupun orang-orang yang bergaya seniman. Bermacam gaya dan ulah mereka kemudian dicatat dan digubah menjadi cerita oleh Misbach Yusa Biran. Di sini ada kisah lukisan yang sengaja dipasang terbalik untuk mengolok pelukisnya, eh malah dianggap sebagai adikarya seni dan dibeli dengan harga tinggi. Meski kisah ini mengenai kehidupan 50 tahun yang silam, kocak-getir kehidupan Seniman Senen tetap nikmat dibaca pada abad ke-21. Boleh jadi kegenitan seniman masa itu menjadi cermin sosial kehidupan seniman-seniman muda pada awal dasawarsa 2000-an. "Keajaiban demi keajaiban membentuk situasi absurd, tetapi kacamata humor Misbach membuat yang absurd alias tidak masuk akal tidaklah menjadi berat, emalinkan lucu. Cocok dengan konsep Teguh Srimulat: lucu itu aneh." - Seno Gumira Ajidarma Resensi Buku:
Buku Sejenis Lainnya:
Advertisement |