|
Sinopsis Buku: Dalam salah satu dongeng Aesop, angin dan matahari bertengkar memperebutkan siapa yang lebih kuat di antara keduanya.
Saat melihat seorang pengembara yang sedang berjalan, mereka memutuskan untuk menyelesaikan masalah itu dengan jalan mencoba mengusahakan agar si pengembara membuka mantelnya. Angin menyerang lebih dulu, tetapi semakin kencang ia berhembus, semakin kencang si pengembara menyelimuti tubuhnya dengan mantelnya. Kemudian matahari keluar dan mulai bersinar. Tak lama kemudian si pengembara mulai merasakan hawa hangat dan membuka mantelnya. Matahari menang. Anda tidak bisa memaksakan diri memasuki benak prospek. Periklanan dipandang sebagai pemaksaan, pengganggu yang tidak dikehendaki dan perlu dilawan. Semakin gigih Anda beriklan, semakin gigih pula prospek melawan pesan periklanan Anda. Orang-orang periklanan biasa bicara tentang kesan dan dampak. Karena itu, mereka membuat sisipan khusus, foldouts, dan iklan-iklan berwarna satu atau dua halaman penuh. Membuat aksi-aksi kreatif yang kadang tak masuk akal, baliho raksasa di setiap sudut jalan, jump cut dalam iklan-iklan di televisi, dan penambahan volume dalam spot-spot di radio. Tetapi justru atribut-atribut inilah yang mengatakan pada prospek: "jangan perhatikan aku, aku cuma iklan." Semakin keras periklanan berusaha memaksakan diri merasuki benak prospek, semakin kecil kemungkinan mengendorkan pertahanannya dan si angin menang. Tetapi ini jarang terjadi. PR adalah matahari, Anda tidak dapat memaksa media menayangkan pesan Anda. Itu sepenuhnya ada di tangan mereka. Yang bisa Anda lakukan hanya tersenyum dan memastikan agar bahan publisitas Anda bias bermanfaat sebesar mungkin. Resensi Buku:
Buku Sejenis Lainnya:
Advertisement |