|
Sinopsis Buku: "Kamu bisa melakukannya, Donna,'' kata Ian dengan lembut. Aku berkedip untuk menghapus air mataku saat aku menggunting boneka itu dengan tangan gemetar.
Kupotong-potong boenka yang selama ini menjadi personifikasi diriku -- aku memotong setiap anggota badan yang tidak bisa berjalan, memotong setiap telinga yang tidak bisa mendengar, dan memotong setiap mata yang tidak bisa melihat. Akhirnya, yang ada di depanku hanyalah potongan-potongan kecil bahan akrilik dan setumpuk bahan poliester pengisi boneka yang tidak memiliki perasaan. Aku mengeluarkan bahan pengisi itu, mengulurkannya ke hadapan Ian dan berkata, ''Tidak ada perasaan di sini,'' namun mataku bersimbah air mata. Bersimbah peluh dan air mata, Donna Williams telah melepaskan belenggu autisme. Tetapi, perjuangannya belum berakhir. Tantangan baru muncul, dan dia berusaha mengalahkannya dengan segala cara dan sekuat tenaga: pertahanan-pertahanan dirinya yang selalu mengemuka. Dengan upaya keras mengalahkan pertahanan-pertahanan diri ini pula, Donna memutuskan menikah dengan Ian, seorang pria dengan masalah yan gsama dengan dirinya. Berdua, bagaikan sepasang burung camar, mereka berusaha untuk merengkuh makna ''dunia''. Di dalam Sayap-Sayap Pelangi: Kisah Gadis Autistik Mencari dan Menemukan Jiwa, memoarnya yang ketiga ini, Donna Williams mengisahkan bagaimana dia berusaha menang dalam pertempurannya. Dia juga mengajak kita menyadari bahwa untuk dapat bahagia, kita tak perlu menjadi khsuus bagi orang lain. Cukuplah menjadi khusus bagi diri sendiri. Resensi Buku:
Buku Sejenis Lainnya:
Advertisement |