|
Sinopsis Buku: “Tidak ada bencana yang lebih besar daripada meremehkan musuh. Tidak ada bencana yang lebih besar daripada merasa diri belum cukup. Tidak ada bahaya yang lebih besar daripada keserakahan. Perjalanan jauh ribuan mil dimulai dari langkah pertama. Merasa diri sudah cukup itulah orang kaya. Yang lemah dapat mengalahkan yang kuat. Yang lembut mampu menaklukkan yang keras. Bersikaplah merendah laksana air.” (Lao Zi) 500 tahun sebelum Kristus, di benua Asia telah dilahirkan tiga tokoh filsuf besar, Lao Zi dan Konfusius di daratan Tiongkok, serta Buddha Sidarta Gautama di India. Lao Zi, pengarang Dao De Jing, diperkirakan lahir pada tahun 570 SM. Dia adalah pemikir dan filsuf terbesar pertama dalam sejarah klasik Tiongkok kuno. Lao Zi kira-kira 20 tahun lebih tua daripada Konfusius. Di perpustakaan negara Tiongkok, dari dinasti Qin (221-206 SM) sampai sekarang sudah ada lebih dari 260 buku yang membahas falsafah Dao, belum lagi artikel soal itu. Di Amerika, Inggris, Prancis, Belanda, Jerman, dan Jepang, sudah ada lebih dari 60 buku terjemahannya. Di Indonesia, buku ini adalah yang pertama diterjemahkan secara utuh dan komplet dari manuskrip asli yang ditemukan dalam kuburan kuno Han Ma Wang Duei pada tahun 1973. Di tengah ketidakpastian dan kegalauan manusia saat ini, buku ini mampu memberikan arah, pegangan, dan makna bagi kehidupan setiap manusia, sebagaimana diakui oleh Tolstoy, “Dao merupakan kekuatan pikiran untuk melenyapkan ketamakan manusia, nafsu birahi, dan mampu meningkatkan kematangan spiritual.” Resensi Buku:
Buku Sejenis Lainnya:
Advertisement |