
|
Taufiq Pasiak
Lahir di Manado, 29 Januari 1970. Ia menyelesaikan pendidikan dokter pada Fakultas Kedoteran Universitas Sam Ratulangi Manado pada tahun 1996. Taufiq sempat bertugas sebagai dokter PTT di Puskesmas Wori Kabupaten Minahasa selama tiga tahun, dan berpraktik sebagai dokter selama enam tahun.Pendidikan Pascasarjana ditempuh di dua tempat yang berbeda dan dua disiplin ilmu yang secara diametral berbeda 180 derajat. Tahun 2001, Taufiq memasuki Program Pascasarjana di IAIN Alaudin Makasar dan memperoleh gelar Magister Pendidikan Islam (M.Pd.I) pada tahun 2003. Tahun 2002, ia memasuki Program Pascasarjana di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dengan minat utama pada neuroanatomi (neurosains), suatu disiplin yang mempelajari sistem saraf dan sedang menjadi tren dalam ilmu-imu biologi dan psikologi tentang manusia. Di UGM, Taufiq mendapat bimbingan dari Prof. dr. H. Sudjono Aswin, Pf.D, seorang guru besar dalam neurosains dan sedang menjadi Ketua Perhimpunan Ahli Anatomi Indonesia. Taufiq juga sempat mendapat kuliah dari Prof. dr. Teuku Jacob, MD, Ph.D., seorang guru besar antropologi ragawi dengan reputasi internasional.
|
Beberapa buku yang pernah ditulis oleh Taufiq Pasiak:

| Memberdayakan IQ, EQ, dan SQ untuk Kesuksesan Hidup oleh Taufiq Pasiak Di bawah sistem pendidikan dan penilaian yang hanya mementingkan IQ, banyak orang tersisih. Di sekolah, yang dihargai hanyalah kemampuan matematis, logis, dan hafalan. Anak-anak yang menonjol dalam kemampuan-kemampuan ini dianggap pintar. Sedangkan anak-anak yang memiliki kelebihan dalam seni, ... [selengkapnya]
| 
| oleh dr. H. Taufiq Pasiak, M.Pd.I., M.Kes. Sebagian besar orang, konon, hanya menggunakan kapasitas otaknya tak lebih dari 10%. Tak heran, sebagian besar di antara kita adalah orang biasa-biasa, dengan kemampuan pas-pasan, dengan prestasi tidak menonjol.Tapi, di antara kerumunan ramai itu, ada orang-orang yang melesat, melejit, melangit. ... [selengkapnya]
|
|
|
|