|
Sinopsis Buku: �Dalam bulan Februari 1967 kami ditahan. Saya disiksa begitu hebat hingga gigi-gigi saya rontok. Saya tidak sadarkan diri selama tiga hari. Kemudian mereka menggali liang kubur dan akan menguburkan saya jika saya tidak mau menyebutkan nama dan alamat anggota lainnya.� Sepenggal pengakuan Sujinah, mantan pemimpin Gerwani ini hanyalah sekutu hitam dari kejinya penderitaan yang dialami oleh jutaan tapol perempuan korban tragedi G30S. Kudeta berdarah itu menjadi bagian sejarah kelam perjuangan kemerdekaan kaum perempuan Indonesia.
Pasca-G30S, para mantan anggota Gerwani, sebagian perempuan berhaluan nasionalis dan tidak sedikit para loyalis Sukarno disiksa luar-dalam hingga meregang nyawa. Selebihnya, banyak di antara mereka tertatih-tatih bertahan hidup di balik tembok penjara. Semangat perempuan revolusioner yang didengung-dengungkan semasa Orde Lama, mendadak dimusnahkan manakala kekuasaan negara Orde Baru mencengkeram. Selama 32 tahun, ruang gerak perempuan dalam bersuara dan berpolitik dibungkam. Gerakan perempuan hanya sebatas gerakan pelengkap suami yang tercitrakan lewat Dharma Wanita. Aktivitas perempuan revolusioner dinggap sebagai ancaman. Untuk meredamnya, penguasa Orde Baru menyebarluaskan narasi sejarah fiksi tentang sepak terjang Gerwani yang digambarkan ganas dan tega membunuh para jenderal. Resensi Buku:
Buku Sejenis Lainnya:
![]() Advertisement |