|
|
Hasil Pencarian untuk "Lark"
Displaying 141 to 150 (of 169 books)
« Prev |  
11 12 13 14 15 16 17
| Next »
| 141. |
| | oleh Paulette Bourgeois & Brenda Clark *** Out of Print *** Franklin tidak pernah sampai di suatu tempat dengan segera, seperti yang dikatakannya. Selalu ada saja sesuatu yang menghentikan langkah Franklin. Seperti ketika ia akan pergi ke rumah Bear yang sedang merayakan ulang tahunnya. Sebenarnya rumah Bear tidak begitu jauh letaknya dari rumah Franklin. ... [selengkapnya]
|
| 142. |
| | oleh Paulette Bourgeois & Brenda Clark *** Out of Print *** Franklin sangat senang bermain sepak bola. Kadang-kadang Franklin tidur sambil membawa bolanya. Bahkan, Franklin sering bermimpi mencetak gol. Kenyataannya Franklin belum bisa menendang bola dengan baik. Franklin juga belum pernah membuat gol. Begitu juga dengan tim sepak bolanya, sehingga mereka ... [selengkapnya]
|
| 143. |
| | oleh Paulette Bourgeois & Brenda Clark *** Out of Print *** Bear memperlihatkan giginya yang tanggal kepada Franklin. Saat itulah Franklin baru menyadari perbedaan dirinya dengan Bear. Ia tidak punya gigi. Bear menyimpan giginya. Gigi itu akan disembunyikan di bawah bantal. Ia percaya peri gigi akan mengambilnya dan menggantinya dengan hadiah. Franklin ... [selengkapnya]
|
| 144. |
| | oleh Paulette Bourgeois & Brenda Clark *** Out of Print *** Franklin takut dengan ruang gelap dan kecil. Itulah sebabnya, ke mana-mana Franklin selalu menyeret cangkangnya. Ia takut masuk ke dalam cangkangnya yang gelap dan kecil. Franklin yakin bahwa sesuatu yang mengerikan, seperti monster, ada di dalam cangkangnya yang gelap dan kecil itu. Maka, pergilah ... [selengkapnya]
|
| 145. |
| | oleh Paulette Bourgeois & Brenda Clark *** Out of Print *** Franklin kadang-kadang sakit. Secara rutin ia pergi ke dokter untuk cek kesehatan. Namun ia belum pernah ke rumah sakit. Suatu hari, saat bermain bola bersama teman-temannya, bola melayang menuju dadanya. Franklin kesakitan. Dokter yang memeriksa Franklin menyarankan untuk operasi. Ternyata ada ... [selengkapnya]
|
| 146. |
| | oleh Paulette Bourgeois & Brenda Clark *** Out of Print *** Franklin belum bisa naik sepeda tanpa roda penolong. Beaver, si berang-berang, paling berani dan paling rajin berlatih naik sepeda. Ia yang pertama kali berani melepas roda penolong sepedanya. Beberapa hari kemudian, teman-teman Franklin sudah bisa naik sepeda tanpa roda penolong. Franklin melepas ... [selengkapnya]
|
| 147. |
| | oleh Paulette Bourgeois & Brenda Clark *** Out of Print *** Hari ini adalah hari pertama Franklin masuk sekolah. Ia merasa takut. Pagi-pagi benar ia sudah bangun dan menyiapkan peralatan sekolahnya. Franklin hanya sarapan sedikit, ia sama sekali tidak merasa lapar. Bersama dengan teman-temannya, Franklin pergi menuju sekolah dengan bus. Di sekolah, Pak Owl, ... [selengkapnya]
|
| 148. |
| | oleh Paulette Bourgeois & Brenda Clark *** Out of Print *** Franklin tidak diizinkan oleh orang tuanya pergi ke hutan sendirian. Namun ia boleh mengunjungi teman-temannya. Suatu hari ia pergi ke rumah Bear, si beruang. Fox, si rubah, Goose, si angsa, dan Otter, si anjing air, juga ada di sana. Mereka kemudian bermain petak umpet. Franklin mendapat giliran ... [selengkapnya]
|
| 149. |
| | oleh Paulette Bourgeois & Brenda Clark *** Out of Print *** Sudah menjadi kebiasaan, setiap bulan Desember anak-anak di kelas Franklin menyumbangkan mainan untuk anak-anak miskin. Mainan itu boleh baru atau bekas. Franklin tahun ini belum tahu mainan apa yang akan disumbangkannya. Ia membongkar kotak mainannya, namun ia merasa sayang memberikan mainan yang ... [selengkapnya]
|
| 150. |
| | oleh Paulette Bourgeois & Brenda Clark *** Out of Print *** Sejak lama, Franklin ingin memiliki hewan piaraan. Setelah Franklin berjanji akan memberi makan, membersihkan kandang, dan membawa hewan piaraannya ke dokter jika sakit, orang tuanya mengabulkan keinginannya. Franklin ingin hewan piaraan yang tenang dan selalu ada di dekatnya. Ia menolak, ketika ... [selengkapnya]
|
|
« Prev |  
11 12 13 14 15 16 17
| Next »
|
|
Raksasa dari Jogja
Bianca tidak kenal cinta. Satu hal yang ia pelajari dari kedua orang tuanya adalah bahwa cinta itu omong kosong. Buktinya, mereka berdua hidup dalam relasi yang penuh kekerasan. Apa itu yang namanya ...
[selengkapnya]
|