|
Sinopsis Buku: Konon kita tengah memasuki era 'posmodernitas'. Klaim ini ditopang oleh tiga tema; kritik postrukturalis oleh Foucault, Derrida, dan filsuf-filsuf lain penerus filsafat Pencerahan; macetnya apa yang dianggap sebagai Seni Modern Tinggi dan penggantiannya oleh bentuk-bentuk artistik baru; dan munculnya apa yang disebut sebagai masyarakat 'pos-industri' yang strukturnya di luar perkiraan Marx dan pemikir-pemikir kapitalisme industri.
Penulis membongkar semua tema tersebut. Ia menentang irasionalisme idealis dari post-strukturalisme. Ia mempertanyakan adanya pemutusan radikal yang memisahkan Posmodern dari Seni Tinggi. Dan ia juga menyangkal bahwa perkembangan sosio-ekonomi sekarang menunjukkan perubahan fundamental dai pola klasik akumulasi kapital. Akar pemikiran posmodernisme kontemporer seperti yang digagas oleh Baudrillard dan Lyotard dilacaknya hingga pada pemikiran Nietzsche. Tidak hanya itu, penulis juga dengan tajam membedah gagasan para pengkritik terkemuka posmodernisme, seperti Habermas dan Jameson, dan menguraikan cacat-cacat yang mereka derita. Bagi penulis, posmodernisme mencerminkan tak lebih dari sekedar kekecewaaan generasi revolusioner tahun 68 dan masuknya banyak anggota generasi itu ke dalam 'kelas menengah baru'. Posmodernisme paling gamblang dibaca sebagai suatu gejala frustasi politik dan mobilitas sosial ketimbang sebagai fenomena budaya atau intelektual. Resensi Buku:
Buku Sejenis Lainnya:
Advertisement |