Cari berdasarkan:



Terjerat Kawat China
 








Terjerat Kawat China   
oleh: Salamuddin Daeng, Muhammad Ridha
> Sains & Teknologi » Industri

List Price :   Rp 50.000
Your Price :    Rp 42.500 (15% OFF)
 
Penerbit :    Indonesia for Global Justice (IGJ)
Edisi :    Soft Cover
ISBN :    9791609683
ISBN-13 :    9789791609685
Tgl Penerbitan :    0000-00-00
Bahasa :    Indonesia
 
Halaman :    0
Ukuran :    0x0x0 mm
Berat :    224 gram
Sinopsis Buku:
Produksi baja global telah masuk dalam perangkap overproduction,  China sebagai negara produsen besi baja terbesar di dunia mengalami kelebihan produksi dan mengincar pasar-pasar di luar China, yakni Asia, Afrika, dan Amerika Serikat. Sebaliknya, Jepang, Korea, dan India, mengincar pasar China. Negara-negara industri maju seperti Amerika Serikat dan Eropa, mengincar pasar Afrika, Asia, termasuk China. Sementara ekonomi global sedang mengalami stagnasi yang mendalam akibat krisis keuangan. Negara-negara berkembang sebagai emerging market tidak memiliki kemampuan untuk menyerap kelebihan produksi dari negara-negara industri, karena tidak memiliki daya beli atau underconsumtion.

Akibatnya, pertarungan didalam industri baja berlangsung sangat ketat diantara raksasa-raksasa ekonomi. Pertarungan terjadi pada dua level, pertama perebutan sumber daya bahan baku yaitu biji besi, dan sumber daya energi yaitu migas dan batubara, kedua adalah perebutan pasar, melalui pengambil alihan atau akuisisi perusahaan nasional oleh multinational corporation.

Ditengah situasi tersebut, kebijakkan pemerintah terhadap industri besi baja nasional justru pro asing. Krakatau Steel yang merupakan perusahaan baja tertua dan terbesar di Asia Tenggara malah dijual kepada Posco, Korea Selatan. Perusahaan yang didirikan oleh pendiri bangsa Soekarno ini nantinya terancam hanya dijadikan gudang, dan pangsa pasarnya akan diambil alih oleh perusahaan-perusahaan raksasa asing.

Tidak hanya itu, pada saat yang sama pemerintah Indonesia menyepakati Free Trade Agreement (FTA) dengan China, Korea, Jepang, dan India, yang notabene adalah produsen utama besi baja dunia.  Ditengah kelumpuhan besi baja nasional akibat buruknya kebijakan energi dan sumber daya alam, serta stagnannya pembangunan infrastruktur, penurunan bea masuk melalui FTA menyebabkan derasnya arus impor besi baja dan produk turunannya seperti paku dan kawat menyerbu pasar Indonesia. Indonesia hanya menjadi pasar!

Padahal bila ingin mengembangkan industri besi baja, Indonesia memiliki sumber bahan baku biji besi yang sangat besar yang ada di Kalimantan, Sulawesi dan Sumatera. Dan untuk sumber energi yang diperlukan dalam mengolah biji besi menjadi besi baja, Indonesia adalah salah satu negara penghasil gas, batubara dan panas bumi terbesar di dunia. Sehingga di bumi Indonesia semestinya cukup syarat untuk mengembangkan industri besi baja. Karena industri besi baja adalah mother of industry, yang mendorong pembangunan ekonomi suatu negara, maka seharusnya pemerintah membuat kebijakkan yang melindungi industri besi baja nasional.




Resensi Buku:



Buku Sejenis Lainnya:
oleh V. Darsono, M.S
Rp 73.000
Rp 62.050
Lingkungan hidup menyediakan segala sesuatu yang diperlukan oleh manusia. Akan tetapi, manusia belum tentu mampu menggunakan lingkungan hidup di ...  [selengkapnya]
(Plus VCD)
oleh Sri Wahyuni, SE. MP
Rp 39.000
Rp 31.200
  [selengkapnya]
oleh Ir.Philip Kristanto
Rp 85.000
Rp 72.250

Industri merupakan salah satu sumber kemakmuran suatu bangsa, tetapi dapat pula menjadi sumber bencana. Sebagai sumber kemakmuran, ...  [selengkapnya]

Skala Kecil dan Skala Menengah
oleh Ajar Permono
Rp 12.500
Rp 8.750
Selain harganya relatif murah, penggunaan sabun colek pun relatih mudah. Dengan teknologi sederhana, sabun colek bisa dihasilkan. Anda tertarik ...  [selengkapnya]


Lihat semua buku sejenis »




Advertisement