Mereka menebarkan kasih dalam arti yang sebenarnya tanpa sekat agama, etnik, juga prasangka. Komunitas Saber adalah pahlawan tanpa tanda jasa, tanpa devisa dalam arti memerhatikan orang lain dan melakukannya. Rame ing gawe, sepi ing pamrih, bekerja keras tanpa berharap imbalan.
- Arswendo Atmowiloto ("Paku Kasih", Koran Sindo, 14 Januari 2012)
Komunitas Saber selama tahun 2011 berhasil menyapu ranjau paku dan mengumpulkan 1,2 ton paku dari jalanan Ibu Kota! Ajib! Jika harga paku rata-rata Rp20.000/kg, berarti uang yang "dibuang" untuk kepentingan biadab para oknum tukang tambal ban dan penjahat itu dalam tahun 2011 itu Rp24.000.000! Jika kita kaitkan dengan prinsip ekonomi bahwa "mengeluarkan modal minimal untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal", kita bisa membayangkan betapa dahsyatnya semua yang ada di belakang ranjau paku itu: sindikatnya, efeknya, risikonya, keuntungannya, juga korbannya!
Siswanto, salah seorang anggota Komunitas Saber menjelaskan lirih, tapi jelas, "Kami tergerak karena iba, kasihan membayangkan pengendara yang mau berangkat atau kerja pulang kerja harus terjatuh karena ban kendaraannya tertusuk ranjau paku, kemudian harus mendorong kendaraannya menuju tempat tambal ban yang kadang-kadang harus "dipalak" dengan harga ban yang luar biasa mahal. Lebih kasihan lagi, jika sampai terjadi kecelakaan yang menyebabkan pengendara cacat seumur hidup atau tewas seketika!"
Penjahat dan pecundang boleh berkeliaran, tapi pahlawan tetap akan datang pada waktunya.