|
Sinopsis Buku: Masalah kebutuhan kayu di Indonesia yang diperkirakan sebesar 58 juta m3 menjadi pembicaraan yang serius beberapa tahun terakhir karena sebagian besar pasokan kayu masih mengandalkan hasil penebangan hutan. Di satu sisi, kayu diperlukan untuk industri dan bahan bangunan, namun di sisi lain kelestarian hutan menjadi hal yang tidak kalah pentingnya. Kerusakan lingkungan akibat beralihnya hutan konservasi menjadi hutan produksi semakin parah sementara tanaman pengganti membutuhkan waktu yang lama untuk mencapai ukuran pohon layak tebang.
Untuk mengimbangi peningkatan kebutuhan kayu, kita memerlukan tanaman yang mampu menghasilkan kayu secara cepat. Di sinilah jabon sebagai hasil budidaya berpeluang menggantikan kayu-kayu hutan. Sejumlah kelebihan jabon memikat minat masyarakat untuk berinvestasi pada tanaman kayu yang satu ini. Jabon dapat ditanam pada lahan kritis, seperti lahan bekas penebangan hutan, lahan miring, dan lahan yang kurang subur. Pertumbuhan tanaman jabon yang cepat juga menjadi keuntungan tersendiri. Dalam waktu 6 tahun, jabon dapat mencapai tinggi 18 meter dengan diameter batang di atas 40 cm. Daya pikat jabon lainnya adalah pertumbuhan batangnya cenderung lurus dengan sedikit percabangan sehingga menghasilkan volume kayu gergajian yang besar. Selain itu, kayu jabon memiliki tekstur halus yang sangat sesuai untuk bahan bangunan, bahan baku industri kertas (pulp), maupun kayu lapis (plywood). Dengan segenap kelebihan itu, jabon dapat menjadi peluang yang menguntungkan para investor dan petani sekaligus menjawab permasalahan kebutuhan kayu dan konservasi lingkungan alam. Resensi Buku:
Buku Sejenis Lainnya:
Advertisement |