|
Sinopsis Buku: �Saya sendiri suka �ngeri� kalau ketauan saya Trinity. Bukannya apa-apa, saya dianggap dewa yang tahu segala hal sehingga sering diminta nemenin jalan. Seringnya saya menolak, karena maunya ke tempat belanja. Kalau saya masih kuat, saya memang memilih pergi sendiri, tetapi itu pun tergantung tempatnya. Kalau sudah pernah ke sana dan tidak ada teman di kota tersebut, saya memilih tidur di kamar hotel yang pasti bagus. Kalau ada teman, saya janjian sama dia untuk kabur.�
TRINITY�The Truth Behind Free Traveling ***** The Journeys: Kisah Perjalanan Para Pencerita berisi 12 tulisan perjalanan dari 12 orang penulis yang memiliki latar belakang berbeda. Mulai dari penulis komedi, penulis skenario, novelis, hingga yang memang berprofesi sebagai travel writer. Latar belakang berbeda ini membuat kisah-kisah yang dihadirkan pun memiliki sudut pandang beragam; yang terasa manis, menyentuh, hingga membuat terbahak. Dari birunya laut Karimunjawa, gemerlap New York City, keriaan sebuah pasar pagi di Lucerne, sudut rumah sakit jiwa di Singapura, damainya Shuili, cantiknya Andalusia, warna-warni Senegal, cerita kepercayaan setempat di Soe, mencari parfum impian di Mekah, kisah sebotol sambel yang harus dibawa sampai Utrecht, upaya melipir ke Tel Aviv, hingga fakta tak disangka di balik free traveling. Perjalanan adalah sebuah proses menemukan. �It�s better to travel well than to arrive,� kata Buddha. Dan The Journeys mengajak siapa pun menemukan kisahnya sendiri. Sesederhana apa pun itu. Resensi Buku:
oleh: Arief Prasetyo Sebenarnya saya berharap menemukan banyak dari buku ini. Saya berharap menjumpai banyak kisah semacam "behind the scenes" dari perjalanan masing-masing penulis. Kisah lain dari yang biasanya mereka tulis dalam karyanya. Cerita unik yang mengungkapkan sisi personal para pencerita ini. Sudut pandang pribadi penulis mengenai tempat yang dikunjunginya karena saya yakin tempat sama bisa menghasilkan kesan yang berbeda tergantung pengalaman masing-masing. Sebagian besar kisah di buku ini memang memberikan kesan personal para pencerita namun beberapa kisah terasa datar. Cerita menjadi biasa saja karena terlalu banyak memberikan ulasan umum tempat yang dikunjungi tersebut. Saya pikir di era mudahnya akses informasi, pengetahuan umum tentang lokasi bisa mudah didapat dengan internet, atau dari buku travel guide seperti biasanya. Tampilan fisik buku lain daripada yang lain. Cover yang menarik, tesktur kertas cover yang unik dan kesan warna yang ditonjolkan sangat menunjang kesan vintage buku The Journeys ini. Sehingga kesan vintage menguatkan pembaca akan isi buku yang merupakan rekaman pengalaman penulis di masa lalu. Penataan foto, lembar separasi antar cerita memberi kesan kita membuka diari perjalanan masing-masing penulis. Betul buku ini unik karena 12 cerita ditulis dengan 12 gaya penulisan yang menjadi ciri khas masing-masing. Siapa yang tidak mengenal Trinity. Sang travel writer yang ngetop dengan trademark naked traveler. Kita telah familiar dengan reportase kisah perjalanan Trinity melalui blog atau buku dengan trademark naked traveler tersebut. Mungkin karena itu juga hanya Trinity yang tidak bercerita tentang salah satu petualangan dia di suatu tempat di buku ini tapi justru simpulan kisah "behind the scenes"-nya dari sekian tahun berkelana di berbagai negara. Sangat menarik untuk disimak. Adhitya Mulya dan Raditya Dika masih konsisten dengan gaya penulisannya dalam bercerita. Kocak dengan imajinasi yang kadang kita tidak kepikiran hingga kesana. Para pencerita lain juga tidak kalah seru dengan sumbangan kisahnya ala gaya bercerita masing-masing. Lokasi yang menjadi sumber cerita hampir mewakili keseluruhan dunia. Dari Asia, Timur Tengah, Afrika, Eropa hingga Amerika. Secara keseluruhan menurut saya buku ini sangat layak menjadi koleksi bacaan kita. -Arief Prasetyo- Add your review for this book! Buku Sejenis Lainnya:
Advertisement |