|
Sinopsis Buku: �Aku �kan selalu ada untukmu, Sayang, aku nggak bisa hidup tanpamu...�
Gubraakkk...!! Aku terjungkal. Sucikah bisikan itu? Jangan-jangan karena aku tajir, mapan, keren, pintar, atau populer? Apakah engkau masih akan selalu ada untukku andai aku hanya jalan kaki, dengan tubuh tanpa Bvlgari, dan dompet isi seribu? Andai aku jalan kaki, di bawah terik matahari, bermandi keringat, menahan lapar, bertubuh dekil nan buluk, dengan dompet kempes yang tak bisa untuk beli sebuah air kemasan gelas, akankah kau, kau, kau, yang kini selalu tersenyum manis dan mendengarkanku, tetap mau menyapaku, tersenyum padaku, menyentuh lenganku, merangkulku, memelukku, menciumku, dan menganggapku manusia? Bukan hanya soal ketulusan cinta dan pesona berlian, juga tentang rahasia pilihan hidup, makna komitmen, chemistry pasangan hidup, tajamnya mulut, hingga arti kematian, disuguhkan dalam kisah-kisah popcorn yang begitu renyah dan menyentuh hati, berbumbu jenaka tajam, satir, bentakan, dalam bentangan padang savana makna kebajikan yang tak bertepi. Mudah dibaca sekali duduk di mana saja, sebutlah busway, bahkan secara terpisah-pisah, serial popcorn ini menggasak ruhani terdalam setiap kita tentang siapa gerangan sesungguhnya aku, engkau, dan dia, dalam hiruk-pikuk kehidupan ini. Resensi Buku:
oleh: Elya ward Pengantar dai penulis buku Sahabat-sahabatku, Sebagaimana angka 10 yang bisa diraih dengan cara menjumlahkan angka 8 dan angka 2 atau mengurangi angka 14 dengan angka 4 atau mengalikan angka 2 dengan angka 5, begitulah keagungan kebenaran bisa diraih oleh setiap orang, kelompok atau aliran dalam keluasan cara, pengertian dan pengalaman hidup. Lalu, untuk apakah gerangan sesungguhnya kita saling menyakiti,melukai, menghancurkan dan membunuh atas nama kebenaran? Sahabat-sahabatku, rasanya cukuplah Tuhan Yang Maha mengetahui yang menjadi saksi atas mesteri kesejatian kebenaran itu, bukan aku, engkau atau dia (Edi Mulyono) Buku ini berisi kumpulan �kumpulan cerita pendek yang kisah-kisahnya sangat inspiratif dan dekat dengan kehidupan sehari-hari, yang mungkin saja pernah terjadi pada saya, anda atau mereka, meski dalam konteks keberagaman yang berbeda. Ibarat sebuah rumah, buku ini terbangun dari pilar-pilar emosi, spiritual dan pluralisme karena berisi bermacam-macam kisah dari angle yang beragam, namun memiliki satu pondasi , yaitu penyadaran akan nilai-nilai luhur kemanusiaan. Seperti pada satu kisah yang judulnya sama dengan judul buku ini �Andai Aku Jalan Kaki, Masihkah Engkau Selalu Ada untukku?� Dalam kisah ini bertutur tentang seseorang yang hidupnya sangat melimpah ruah dengan gemerlap materi, namun batinnya kering kerontang dari mata air ketulusan, sehingga hatinya mepertanyakan �Andai Aku Jalan Kaki, Masihkah Engkau Selalu Ada untukku?� Pertanyaan yang sangat sederhana, karena hanya perlu jawaban iya atau tidak, namun pertanyaan ini akan sangat sangat menghentak jika dipertnyakan pada seseorang yang tidk tulus dan sangat kamuflase dalam mengartikan sebuah cinta sejati, kesetiakawanan, persahabatan serta pengorbanan. Ada pula kisah tentang yang berjudul �Dengarkan Aku!� Kisah ini menceritakan tentang seseorang yang sangat keras kepala dan selalu ingin didengarkan oleh orang lain, tetapi tidak pandai mendengarkan orang lain, meski dia harus kehilangan banyak hal karena sifatnya tersebut. Hikmah dan pelajaran hidup bisa didapatkan dari manapun, tanpa harus seseorang mengalaminya sendiri. Penulis sangat piawai mengaduk-aduk emosi pembaca, dengan kisah-kisah yang sangat inspiratif, bahasa yang digunakan juga sangat manusia dan sangat apa adanya. Buku ini juga dilengkapi dengan kutipan-kutipan menarik , yang merupakan intisari dari kisah-kisah yang ada di dalamnya. Contoh kutipan-kutipannya seperti: �Yudhistira sungguh bijak saat mengatakan : Hati yang tersakiti luka dan nestapa jauh lebih berbahaya dibanding tumpukan jerami kering di musaim panas yang mudah terbakar�� �Suasana hati akan mempengaruhi rasa yang hadir, kemudian rasa itu akan mengejawantah dalam ragam ekspresi fisik yang mempengaruhi tampilan kita� �Sejak kemarin aku hanya mau bilang: JANGAN PUTUSKAN APAPUN DALAM KEADAAN EMOSI �. Satu kata untuk buku ini �AWESOME !!!!� oleh: Elya ward Pengantar dai penulis buku Sahabat-sahabatku, Sebagaimana angka 10 yang bisa diraih dengan cara menjumlahkan angka 8 dan angka 2 atau mengurangi angka 14 dengan angka 4 atau mengalikan angka 2 dengan angka 5, begitulah keagungan kebenaran bisa diraih oleh setiap orang, kelompok atau aliran dalam keluasan cara, pengertian dan pengalaman hidup. Lalu, untuk apakah gerangan sesungguhnya kita saling menyakiti,melukai, menghancurkan dan membunuh atas nama kebenaran? Sahabat-sahabatku, rasanya cukuplah Tuhan Yang Maha mengetahui yang menjadi saksi atas mesteri kesejatian kebenaran itu, bukan aku, engkau atau dia (Edi Mulyono) Buku ini berisi kumpulan �kumpulan cerita pendek yang kisah-kisahnya sangat inspiratif dan dekat dengan kehidupan sehari-hari, yang mungkin saja pernah terjadi pada saya, anda atau mereka, meski dalam konteks keberagaman yang berbeda. Ibarat sebuah rumah, buku ini terbangun dari pilar-pilar emosi, spiritual dan pluralisme karena berisi bermacam-macam kisah dari angle yang beragam, namun memiliki satu pondasi , yaitu penyadaran akan nilai-nilai luhur kemanusiaan. Seperti pada satu kisah yang judulnya sama dengan judul buku ini �Andai Aku Jalan Kaki, Masihkah Engkau Selalu Ada untukku?� Dalam kisah ini bertutur tentang seseorang yang hidupnya sangat melimpah ruah dengan gemerlap materi, namun batinnya kering kerontang dari mata air ketulusan, sehingga hatinya mepertanyakan �Andai Aku Jalan Kaki, Masihkah Engkau Selalu Ada untukku?� Pertanyaan yang sangat sederhana, karena hanya perlu jawaban iya atau tidak, namun pertanyaan ini akan sangat sangat menghentak jika dipertnyakan pada seseorang yang tidk tulus dan sangat kamuflase dalam mengartikan sebuah cinta sejati, kesetiakawanan, persahabatan serta pengorbanan. Ada pula kisah tentang yang berjudul �Dengarkan Aku!� Kisah ini menceritakan tentang seseorang yang sangat keras kepala dan selalu ingin didengarkan oleh orang lain, tetapi tidak pandai mendengarkan orang lain, meski dia harus kehilangan banyak hal karena sifatnya tersebut. Hikmah dan pelajaran hidup bisa didapatkan dari manapun, tanpa harus seseorang mengalaminya sendiri. Penulis sangat piawai mengaduk-aduk emosi pembaca, dengan kisah-kisah yang sangat inspiratif, bahasa yang digunakan juga sangat manusia dan sangat apa adanya. Buku ini juga dilengkapi dengan kutipan-kutipan menarik , yang merupakan intisari dari kisah-kisah yang ada di dalamnya. Contoh kutipan-kutipannya seperti: �Yudhistira sungguh bijak saat mengatakan : Hati yang tersakiti luka dan nestapa jauh lebih berbahaya dibanding tumpukan jerami kering di musaim panas yang mudah terbakar�� �Suasana hati akan mempengaruhi rasa yang hadir, kemudian rasa itu akan mengejawantah dalam ragam ekspresi fisik yang mempengaruhi tampilan kita� �Sejak kemarin aku hanya mau bilang: JANGAN PUTUSKAN APAPUN DALAM KEADAAN EMOSI �. Satu kata untuk buku ini �AWESOME !!!!� Add your review for this book! Buku Sejenis Lainnya:
Advertisement |