|
Sinopsis Buku: Agama yang dihadirkan melalui pewahyuan, menurut sebagian kalangan, tidak hanya mengatur cara mandi dan berwudhu, tapi mengatur seluruh aspek kehidupan. Benarkah?
Ia diturunkan oleh Tuhan agar manusia tidak bersitegang memaksakan pendapat terhadap sesama dalam mengatur. Mungkinkah? Ia diwahyukan melalui al-Quran dan Sunnah agar terselenggara sebuah sistem kehidupan yang sejajar dan sama-rata. Faktanya? Lalu, bagaimana merumuskan sebuah konsep politik dari sumber-sumber agama yang, pada kenyataannya, selalu terbuka bagi ragam penafsiran dan persepsi? Tidakkah kesimpangsiuran penafsiran ini malah membuka konflik yang bisa-bisa bertentangan dengan tujuan diwahyukannya agama, yang diklaim sebagai agama politik? Masih relevankah klaim bahwa agama adalah sistem politik dalam bermasyarakat yang majemuk dan modern? Bukankah mem-politik-kan agama berarti menodainya? Bagaimana para pendukung 'agama politik' menjawab keragu-raguan kaum sekular? Resensi Buku:
Buku Sejenis Lainnya:
Advertisement |