|
Sinopsis Buku: Kelana Buana merupakan salah satu serial Thiansan (Liang Ie Shen).Cuplikan bab 1:Jenazah itu membujur di tengah pendopo, sekitarnya penuh dikelilingi orang-orang yang berduka cita mengenakan kain blaco tanda berkabung, sepasang lilin besar menyala terang mengepulkan asap hitam. Suara isak tangis terdengar di sana-sini, abu kertas beterbangan.Yang menangis gerung-gerung adalah putra almarhum yang masih kecil, sedang yang sesenggukan adalah janda muda, suara bisik-bisik dan helaan napas adalah para pelayat dan para murid almarhum. Suasana duka cita dalam pendopo sama mengetuk dan menekan perasaan semua yang hadir.Orang yang meninggal she Nyo bernama Bok. Seorang guru silat yang kenamaan dalam bilangan kota Siok-ciu.Sebetulnya berusia lanjut, sakit dan mati adalah kelarasan hidup manusia, maka semua sanak saudara dan para sahabatnya tidak akan merasa berduka cita. Tapi kematian Nyo Bok ini justru tidak karena berusia lanjut atau terserang penyakit, usianya masih sedang menanjak, badan sehat dan penuh semangat, cuma mendadak ia meninggal secara aneh. Tahun ini usianya baru tiga puluh delapan.Meski cuma baru berusia tiga puluh delapan, tapi karena dia merupakan seorang guru silat yang sedang menanjak dan tenar, dalam perguruannya ia sudah punya enam orang murid pewaris.Murid terbesar bernama Bun Seng-liong, tahun ini berusia dua puluhan, tiga tahun yang lalu sudah tamat belajar, dan sekarang sudah bekerja menjadi piauthau di Tin-wan-piaukiok yang kenamaan di kota raja.Murid kedua, Gak Hou berusia 21 tahun, tahun yang lalu baru saja tamat belajar, karena dia anak seorang hartawan maka tidak perlu keluar pintu mencari pekerjaan di lain tempat, nganggur di rumah tapi sering datang menyambangi gurunya.Murid ketiga Phui Liang. Murid ke empat Hoan To. Kedua orang ini anak-anak bilangan daerah tempat itu, tahun ini berusia di antara tujuh delapan belas, karena tempat tinggal mereka tidak jauh, setiap hari datang belajar silat di rumah gurunya setelah malam baru pulang rumah. Yang menetap di rumah Nyo Bok cuma murid ke lima Song Beng-ki dan murid ke enam Oh Lian-ba, berusia lima belas dan empat belas. Tatkala terjadi kematian Nyo Bok secara aneh itu, cuma kedua muridnya yang terkecil ini ikut hadir. Nyo Bok tidak punya sanak kadang, cuma seorang kakak perempuan yang sudah menjadi janda, bertempat tinggal di Poting dalam keluarga Ki yang berjarak kira-kira tiga ratus li jauhnya. Murid ketiga Phui Liang mendapat perintah dari sang Soebo memberi kabar ke Poting dan saat itu masih belum pulang.Yang sekarang mengenakan pakaian duka cita dalam pendopo besar itu cuma istri Nyo Bok yang masih muda belia dan ayu rupawan bernama Hun Ci-lo dan seorang putranya yang berusia tujuh tahun bernama Nyo Hoa.Kalau Nyo Bok seorang guru silat yang termasyhur, justru istrinya yang masih muda ini dari keluarga sekolahan yang lemah lembut, menurut kabarnya sedikit pun tidak mengenal pelajaran ilmu silat. Delapan tahun yang lalu waktu Nyo Bok pulang kelana dari Kanglam membawa pulang istri mudanya yang belum lama dia kawini. Orang lain cuma tahu bahwa istrinya ini berasal dari Soh-ciu, keluarga sekolahan yang punya kedudukan dan sangat disegani di bilangan rumahnya. Soal bagaimana mereka bisa berkenalan, selamanya Nyo Bok tidak pernah menceritakan rahasia ini, maka orang luar tiada seorang pun yang bisa tahu.Kedua suami istri ini hidup rukun dan saling mencintai penuh kasih sayang, selama delapan tahun ini belum pernah mereka ribut mulut atau bertengkar. Orang sering memuji bahwa perkawinan mereka memang sangat setimpal.Siapa nyana kehidupan manusia dalam dunia fana ini memang kadang-kadang sudah ditentukan oleh suratan takdir, suami istri yang hidup bahagia ini secara mendadak harus ditimpa kemalangan yang menyedihkan ini.***Soft Cover, Kertas HVS, Boks: 4 Jilid Resensi Buku:
Buku Sejenis Lainnya:
![]() Advertisement |