|
Resensi Buku:
oleh: Yusardi Reska Pradana Wasripin ingin mencari desa ibunya yang entah di mana. Yang ia tahu hanya desa ibunya berada di dekat pantai. Setelah sampai di dekat pantai ia mencari tempat peristirahatan. Dia tertidur di emperan surau. Sampai ashar, sampai maghrib, sampai isya�. Esoknya orang-orang kampung nelayan berkumpul untuk membangunkannya, tetapi dia hanya tetap tidur. Dia tertidur selama tiga hari dan terbangun pada siang harinya. Kejadian itu menjadi pembicaraan di kampung nelayan. Dan ada yang bilang bahwa ia telah bertemu nabi Hidir di dalam mimpinya. Setelah kejadian ini, maka dimulailah perjalanan hidup Wasripin, dimana dia akan bertemu pak Modin seorang imam surau dan dulu pernah menjabat sebagai perangkat desa tetapi diberhentikan. Satinah seorang penyanyi dan pamannya seorang pemain siter yang buta. Dunia politik, kejahatan, hal-hal yang ghaib dan mistik. Serta fitnah-fitnah yang akan membumbui kisahnya. Nama KUNTOWIJOYO, penulis novel ini, pastilah bukan nama asing dalam dunia satra Indonesia. Namun, novel Wasripin dan Satinah ini agak berbeda dibandingkan karya-karyanya yang lain. Tidak seperti karya-karyanya terdahulu, sebutlah seperti Khotbah di Atas Bukit, dimana-karakter-karakter tokoh mendapat ruang yang ikut menentukan bangunan dan isi cerita, dalam novel ini pengarang justru lebih memberi tekanan pada peristiwa yang membentuk jalinan cerita. Lewat karyanya ini Kuntowijoyo mencoba menggambarkan alam pikir bangsa ini: mulai dari tingkat paling bawah hingga birokrasi di tingkat paling atas. Sebuah alam pikir irasional, sesuatu yang khas sekaligus menjadi persoalan besar bangsa yang bernama Indonesia! Add your review for this book! Buku Sejenis Lainnya:
Advertisement |