|
Sinopsis Buku: "Seorang pemimpin (yang) melihat apa yang dibutuhkan masyarakat, bukan apa yang diinginkan sang pemimpin..." Tanri Abeng, pakar manajemen dan kepemimpinan "Cara kerja Jokowi (perlu) kita rekonstruksi (dan) akan menghasilkan sebuah model pemerintahan yang bisa dicontoh oleh daerah-daerah lain, bahkan oleh negara-negara lain." Andrinov Chaniago, pengamat kebijakan publik Orang-orang dibuat heboh oleh sepak terjang Jokowi. Sebagai Walikota Solo, ia dinilai banyak mengambil kebijakan yang nyleneh. Ia, misalnya, tak ingin dikawal voorijder (pengawal bermotor yang bertugas membuka jalan) saat berpergian. Ia juga memilih tidur di hotel satu kamar dengan ajudannya saat mengadakan perjalanan dinas. Hobinya mendengarkan musik rock. jauh dari gambaran seorang walikota. "Saya kan bukan potongan walikota, kurus, jelek", ujarnya suatu ketika. Seperti juga Jokowi, Ahok pun bak sebuah anomali. Ia adalah keturunan Tionghoa pertama yang dipilih menjadi bupati di negeri ini. Tampilannya lebih pas sebagai konglomerat. Hidupnya sebagai seorang pengusaha sudah bergemilang kenikmatan. Lalu, mengapa ia memilih hidup 'melawan birokrat dengan menjadi birokrat'? Baik Jokowi maupun Ahok telah menjadi fenomena nasional. Padahal apa yang mereka lakukan hanyalah "biasa-biasa saja". Buku ini merekam jejak kisah yang ditorehkan Jokowi sejak kecil hingga maju mencalonkan diri menjadi orang nomor satu di ibukota negara. Juga memuat kisah Ahok yang tak kalah fenomenal dengan Jokowi. Jangan lewatkan pula ungkapan "dosa-dosa" mereka. Menyimak kisahnya, kita seperti disuguhi sebuah pelajaran berharga tentang kepemimpinan dan proses panjang yang membentuk karakter seorang pemimpin. Buku ini wajib dibaca setiap orang. Bukankah setiap orang itu adalah pemimpin, minimal menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri? Resensi Buku:
Buku Sejenis Lainnya:
Advertisement |