|
Sinopsis Buku: Pria berpostur kurus penyuka nasi kucing yang dulu tinggal di bantaran Kali Anyar ini sangat fenomenal. Perilakunya ngewongke wong - memanusiakan manusia - dan pengayom, membuatnya begitu dicintai oleh masyarakat Solo. Terbukti, setelah sukses memindahkan PKL berjumlah hampir 1000 orang tanpa kekerasan dan penggusuran, lebih dari 90 persen rakyat Solo memilihnya kembali untuk periode kedua.
"Itu semua karena saya pernah jadi korban gusuran." Ucap penyuka musik rock ini. Ternyata, gaya kepemimpinannya yang memihak rakyat tak turun dari langit, melainkan telah tertanam dalam diri Jokowi sejak kecil. Teman-temannya semasa kecil dan di bangku sekolah pun mengamininya. Sedari kecil, ia sudah dikenal sebagai sosok yang amanah dan dapat dipercaya. "Kami menanamkan toleransi, budi pekerti, dan tidak pernah mengajar dia pakai lidi." Ucap Sujiatmi, ibunda Jokowi yang sering salat tahajud untuk mendoakan putranya. Kolega dan karyawan perusahaannya pun mengakui kehebatannya dalam memimpin dan berdiplomasi, terutama diplomasi meja makan. "Jadi malu rasanya, dikasih makan enak gratis sama Pak Joko, tapi saya mbeling. Serasa dipukul besi 10 kilo." Ucap seorang karyawannya yang bandel dalam bekerja. Kini di sela-sela kesibukannya, pria berpostur kurus ini pun tetap energik menyapa warganya. "Energinya seakan-akan tak habis-habis. Saya saja tumbang." Ucap Suliadi dan Hanggo, supir pribadi dan ajudannya. Ternyata, semua itu bukan tanpa penyebab, "Itu karena Bapak selalu saya berikan jamu ramuan khusus. Saya sendiri yang membuatnya." Ucap Iriana, sang istri tercinta. Buku ini bukan buku biasa. Dari sudut pandang berbeda temukanlah spirit kepemimpinan dari masa lalu, kisah lucu, dan kenangan orang-orang di dekat Jokowi yang pernah punya sejarah dengannya. Temukan pula rekam jejak kepemimpinan, kesuksesan, dan reportase kisah yang belum terungkap dari seorang Jokowi, sang spirit dari bantaran Kali Anyar. Resensi Buku:
Buku Sejenis Lainnya:
Advertisement |