|
Sinopsis Buku: Semua kita tahu, 1 x 10 = 10, 10 x 10 = 100, 100 x 10 = 1.000, 1.000 x 10 = 10.000, 10.000 x 10 = 100.000, 100.000 x 10 = 1.000.000, 1.000.000 x 10 = 10.000.000., dan seterusnya. Mudahnya kita menghitung secara matematis itu sesungguhnya bisa kita jadikan modal untuk menghitung diri: lebih banyak baik atau buruknya? Well, mari kita berhitung. Kalau kita bisa jaga shalat sehari penuh, maka pahalanya 5 x 10 = 50. Belum lagi kalau dua di antara shalat itu dilakukan berjamaah, jadi 3 x 10 = 30 dan 2 x 27 x 10 = 540. Lalu, tambahkan kebaikan-kebaikan lain, dari yang kita anggap besar hingga kecil, anggap saja semuanya gebyah uyah bernilai sama, yaitu 1 x 10 = 10. Tapi, tanyalah sekarang kepada hati kita: umpama kita rajin dzikir, i’tikaf, shalat sunnah, puasa sunnah, dan lain-lain., apakah kita melakukan semua itu atas dasar pengabdian terhadap-Nya, bukan atas dasar pamer kepada orang lain? Jika ternyata semua laku ibadahku selama ini tidak bisa kuyakini oleh diriku sendiri bernilai apa pun di hadapan-Nya, yang itu berarti secara matematika diri ini adalah 0 x 10 = 0, sementara di sisi lain aku begitu getol ngibul, gombal, nipu, bohong, dusta, munafik, berkata keji, menghina orang lain, iri, dengki, hasud, riya’, sombong, gila harta, serakah, korupsi, menghalalkan segala cara demi mulusnya samudra inginku, yang itu berarti secara matematika diri bernilai 1 x 1 = 1 dikalikan jutaan kebejatanku, bagaimana mungkin aku bisa pedeeeeee bahwa kelak di sisi-Nya aku akan meraih nikmat-Nya, surga-Nya, bukan dihunjam siksa-Nya, neraka-Nya? Huuufgghhh, begonya aku! Huuufgghhh, begonya kamu! Huuufgghhh, begonya dia! Resensi Buku:
Buku Sejenis Lainnya:
Advertisement |