|
Sinopsis Buku: Apakah Anda seorang perempuan beranjak dewasa, ibu rumah tangga, perempuan bekerja, seorang eksekutif dengan jabatan penting di tempat kerja; dan apa pun status Anda: seorang anak, ibu, istri, kakak atau adik, teman, sahabat, bahkan nenek... kita semua sama: mendambakan hidup yang indah: aman, nyaman, menyenangkan, damai, dan sejahtera. Namun, dalam memenuhi dambaan itu, kita semua rawan terguiung arus kesibukan hidup yang berputar-putar.... Lambat laun, ibarat buih, kita bisa terombang-ambing, masuk ke dalam pusaran kesibukan, dan terus hanyut terseret arusnya. Kita lupa tujuan kita semula: untuk apa dan mengapa kita melakukan sesuatu yang kita lakukan; termasuk untuk apa dan mengapa kita hidup di sini, terutama itu. Kita seolah-olah menjalani hidup secara tidak sadar. Hidup yang otomatis.Kita baru sadar perlu berhenti bila masalah-masalah hidup sudah tak terkelola lagi dan kita merasa terantuk jalan buntu, bahkan mungkin terpuruk di dasar nestapa kehidupan. Pada saat itulah kita baru merasa ada yang tak beres; ketika serasa tiada lagi tersisa daya untuk melawan saat arus kuat itu terus-menerus menyeret kita. Siapa pun bisa keluar dari pusaran itu bila mampu berhenti sejenak. Setiap cerita dalam buku ini membawa kabar gembira bagi setiap perempuan: kita selalu bisa memilih untuk tidak jadi buih yang terus terbawa arus sungai kehidupan. Kita bisa memilih jadi bijak dengan menyempatkan diri untuk berhenti, rehat sejenak di pinggirnya, dan mengamati jalannya arus secara sadar. Buku Berhentilah Sejenak, Kawan... (Secangkir Teh Penawar Lara) ini menawarkan "secangkir teh hangat", sesuatu yang dapat kita bagi kepada seorang sahabat perempuan yang datang bertandang dan ingin berbagi saat perasaannya sedang gundah gulana. Setelahnya, dengan perasaan lebih tenang dan perspektif lebih luas, teman itu akan lebih ceria dan mampu memutuskan sendiri jalan keluar terbaik untuk dirinya. Resensi Buku:
Buku Sejenis Lainnya:
Advertisement |