|
Sinopsis Buku: “Mbak Kamila tetap merasa pria itu masih sangat mencintai dirinya dan pernikahan akan berlangsung Sabtu ini. Mbak Kamila juga merasa bahwa sore ini, pria tersebut akan datang menjemputnya pulang, kembali menemaninya mencari bunga untuk dipajang di altar pernikahan. Aku tinggalkan Mbak Kamila dengan sebuah perasaan iba. Ya, cinta memang sekuat itu. Cinta memang sedahsyat itu. Cinta memang salah satu stressor terbesar seseorang mengidap kelainan jiwa. Tiba-tiba, aku dihantui kecemasan. Apakah aku memang dicintai atau justru mengidap waham erotomania—merasa sangat dicintai seseorang, padahal hanya bertepuk sebelah tangan.” Memikirkan kisah salah satu pasien di bagian kejiwaan tempat aku sedang menjalani ko-ass membuatku khawatir dengan kisah cintaku sendiri. Kesibukan ko-ass membuat kisah cintaku jadi tak pasti. Aku anti-LDR—long distance relationship. Aku berpikir cinta itu harus berjalan dalam ruang dan waktu yang sama, bukan? *galau* Bagi anak ko-ass, waktu pacaran itu langka. Jadwal ko-ass serba- tak-tentu—mengingat orang sakit juga tak pernah mengenal waktu. Jadwal operasi, jaga bangsal, belajar, juga jadwal pacaran tentunya, berbenturan satu sama lain. Jadi, aku selalu memaksimalkan waktu yang ada. Karena, aku mungkin tidak pernah tahu kapan lagi bisa pacaran…. Resensi Buku:
Buku Sejenis Lainnya:
Advertisement |